METRORIAU.COM
|
![]() |
|
||
POPULAR YOUTUBE PILIHAN EDITOR |
SELATPANJANG - Senja di Selatpanjang mendadak berubah mencekam. Selasa (30/9) sore, langit yang biasanya tenang disapu gulungan asap hitam pekat membumbung tinggi dan dapat terlihat dari berbagai sudut kota.
Dari lantai dua gedung SMA Negeri 1 Tebingtinggi, yang terletak di Jalan Pembangunan II, Kelurahan Selatpanjang Kota, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti itu jilatan api menyala ganas, melahap ruang demi ruang hingga
merambat jadi letter 'U' itu seakan dikepung si jago merah.
Dalam hitungan menit, warga berhamburan ke lokasi. Jalan Pembangunan I dan Pembangunan II sesak dipadati ratusan orang yang terperangah, sebagian mengangkat ponsel mereka untuk mengabadikan momen pilu yang mungkin tak pernah terbayangkan sekolah kebanggaan kota itu kini terbakar hebat.
Kejadian diketahui terjadi sekitar pukul 17.00. Sementara itu pantauan di lokasi kejadian saat pukul 17.30 kobaran api tampak mengelilingi bangunan lantai 2 terus membesar. Kejadian sangat cepat, tidak sampai setengah jam api sudah menjilat habis kelas-kelas yang ada di lantai 2.
“Cepat sekali apinya, belum setengah jam lantai dua sudah habis semua,” ucap seorang warga dengan napas terengah, matanya tak lepas dari kobaran api.
Proses pemadaman berlangsung cukup sulit, mengingat skala kebakaran yang besar dan lokasi yang berada di tengah kota. Sementara itu dua unit mobil damkar meraung di tengah kepanikan, bolak-balik puluhan kali ke Kolam Telaga Bening sejauh satu kilometer untuk mengisi tangki, karena di lokasi kejadian sangat minum sumber air. Sementara itu, petugas Damkar dari Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran bersama BPBD Kepulauan Meranti, aparat TNI, polisi, hingga masyarakat setempat bahu membahu. Ada yang memegang selang, ada pula yang menggotong meja, kursi, dan dokumen dari ruang kelas yang masih bisa diselamatkan.
Namun api yang besar membuat usaha terasa begitu berat. Suara sirene, teriakan warga, dan dentuman kayu yang runtuh berpadu menjadi orkestrasi duka di tengah kota kecil itu.*